Refleksi Global Player

Larry Downes yang menulis Beyond Porter mengingatkan kita akan pentingnya para pelaku UMKM melihat dirinya dalam global context. Penulis-penulis lain mengingatkan betapa globalisasi telah menjadi ancaman serius bagi para pengisi ceruk pasar.

Tapi di Indonesia, saya mengatakan, tak usah ada globalisasi, Indonesianisasi saja sudah cukup membuat para pembuat kecap lokal kesulitan bernapas. Bukankah dulu setiap daerah di Indonesia ini punya merek kecap masing-masing? Kalau tidak gagal bersaing, mereka habis dicaplok merekmerek nasional. Sewaktu dibeli, mereka berpikir mereknya akan jadi besar, tapi nyatanya hanya untuk ditelan dan dimakan pasarnya.

Kata Philip Kotler, itu namanya guppies strategy, strategi ikan-ikan kakap memangsa ikan-ikan teri. Lantas, bagaimana melawan kekuatan global? Wali kota sehebat Joko Widodo tidak gentar. Ia langsung memesan mobil-mobil buatan siswa-siswa SMK Surakarta dan memamerkannya kepada khalayak bahwa mobil ini lebih baik dari Toyota Camry-nya yang sudah berusia senja.

 Kendati dicibir gubernurnya sendiri yang mungkin masih kesal dengan keributan kasus Sari Petojo, Joko Widodo tetap bilang mobilnya layak pakai. Pak Gubernurbilanghati-hatimasalah keamanan meski akhirnya Gubernur bilang bagus juga kalau kita mendukungnya.Tapi Pak Gubernur belum tentu akan ikut pamer seperti wali kotanya kendati keduanya diusung partai yang sama.

Padahal mobil Esemka dan Rajawali buatan anak-anak sekolah itu bakal berat melawan gempuran merek global. Walaupun harganya murah, saat ini di pasar sedang bersiap-siap masuk mobil-mobil berharga di bawah Rp100 juta. Kemarin Bajaj yang biasa membuat sepeda motor dan kendaraan roda tiga sudah meluncurkan mobil murah yang mungil. Peluncurannya pun megah, diekspos bukan hanya oleh TV One atau Metro TV, tapi oleh jaringan berita internasional.

Identitas Lokal

Sebagai refleksi, saya ingin mengajak Anda menyaksikan bagaimana ribuan merek lokal bertempur seorang diri memasuki pasar global. Di Cirebon, para perajin furnitur yang dulu gencar membuat kursi rotan sudah lama mati setelah Menteri Perdagangan membiarkan bahan baku diekspor secara bebas dan mereka kesulitan bahan baku.Tapi cerita di balik pudarnya kerajinan furnitur dari Cirebon lebih dahsyat dari sekadar bahan baku.Sekitar 10 tahun lalu,saat mengikuti pameran dagang di Jakarta, mereka mengatakan,

”Tahun ini omzet saya bagus,permintaan banyak, pembeli terus berdatangan.” Namun,setahun kemudian, di pameran yang sama mereka mulai mengeluh. ”Buyer yang dulu berbelanja dan memesan dalam jumlah besar sekarang menjadi tetangga saya dan kini ia ikut pameran membuka stan di depan counter saya.” Bule Jerman atau bule Spanyol pedagang furnitur itu kini menjadi orang Cirebon dan punya pabrik besar. Setahun berikutnya, saya mulai mendengar keluhan- keluhan baru.

Banyak buyeryang pura-pura membeli, tapi diam-diam memotret desain buatan produsen Cirebon yang dijajakan begitu indah di pameran.Alih-alih memberi layanan yang manis, muka mereka mulai sedikit kencang karena karya-karyanya dipotret dan diduplikat. Hari ini, saat berkunjung ke Cirebon, seorang pegawai bank yang banyak menangani nasabah-nasabah UKM di sana mengatakan,“ Masa emas furnitur telah berlalu. Genteng di Jatiwangi masih kuat,tetapi ke depan mereka mulai terancam genteng logam,”ujarnya lirih.

Di Bandung, Plered, Garut, dan banyak kota kecil lain,ribuan bahkan jutaan UMKM bergulat dengan persoalan globalisasi yang berbeda-beda.Hasan Batik di Bandung misalnya, yang dulu (1975) didirikan dosen Jurusan Seni Rupa ITB Hasanuddin (alm), juga bergelut melawan globalisasi di usia senjanya. Sebelum krismon,studio dan sekolah membatiknya digemari turis asal Jepang dan ia tumbuh begitu pesat.Tapi begitu krismon melanda,mereka benar-benar kehabisan akal.

Setelah ditinggalkan karyawan- karyawan terampilnya, studionya pun mengalami musibah kebakaran.Tapi, beruntung, Pak Hasan tidak hanya mewarisi pabrik dan keterampilan, melainkan juga tiga putri yang tekun meneruskan usaha. Sania Sari,Tri Asayani,dan Ranitrayani melawan gempuran globalisasi. Di tangan mereka ada harta-harta tak kelihatan (intangibles) yang diwariskan seorang ilmuwan yang gencar melatih keterampilan bersama ibu yang membawa garis DNA batik Pekalongan.

Merekalah yang membalikkan kembali kejayaan Hasanuddin dengan identitas lokal dan UMKM. Berapa omzetnya? Kepada tim riset yang saya pimpin,mereka mengaku Rp75 juta per bulan dengan 20 orang karyawan. Lain Hasan Batik, lain pula Eddy Permadi. Namanya memang belum setenar Tri Mumpuni, tetapi dosen ini tak mau diam menyaksikan pengangguran. Ia membuat turbin mikrohidro untuk menghasilkan energi.

Namun, namanya juga identitas lokal, Eddy mengisi hari-hari kosong order turbinnya dengan mengalihkan karyawannya menjadi pembuat bandrek dan bajigur.Tak ada dalam buku strategi bisnis mana pun di dunia ini yang mencontohkan gabungan usaha antara turbin dengan bajigur. Tapi di Cihanjuang ini riil. Keduanya jalan bagus.

Eddy bisa membuat turbin 1 sampai 3 megawatt, di samping pembangkit yang mikro (untuk 3.000 watt listrik) dengan omzet Rp10 miliar–15 miliar setahun, tapi juga bajigur yang menyerap 100 ton jahe dari Lampung dengan omzet Rp4,5 miliar setahun. Eddy yang pernah menikmati pendidikan di Swiss tentu berbeda dengan Eman Sulaeman yang berjuang mengangkat identitas perajin gerabah di Plered.

Meski keluarganya dari dulu hidup dari gerabah, generasinya mengalami gempuran globalisasi yang lebih berat. Gerabah tak hanya menembus dunia dari Plered,melainkan juga dari Thailand, Vietnam,Filipina, dan negaranegara Amerika Latin. Mereka semua menembus pasar dengan pengetahuan dan teknologi yang dipadukan dengan sentuhan tangan etnik. Bahanbahan beracun dikontrol ketat, teknik pembakaran dan bahan baku memerlukan pengetahuan tingkat tinggi.

Dengan segala keterbatasannya, Eman harus siap menerima penolakan pasar kalau barangnya dinilai tidak memenuhi standar. Setiap tahun Eman harus puas menjalani usaha dengan omzet Rp400 juta–500 juta. Saya tidak tahu persis bagaimana Pemerintah Malaysia begitu fokus membina usahawannya membangun local brand seperti cokelat Barley atau tas dan sepatu Vinci dan Nose.

Tapi, sepengetahuan saya, pemerintah kurang aktif mem-branding local product yang kuat. Kala cokelat Barley digencarkan, Kiki Gumelar juga punya impian menjadi pemain global. Putra asal Garut ini terispirasi oleh cokelatCeresyangkatanya dulu dimulai dari Garutjuga. MakaKiki juga melawan globalisasi dengan identitas lokal,yaitu dodol Garut,sehingga cokelatnya diisi dodol dengan merek Cokodot.

Skala Global

Saya tak tahu selera lokal atau identitas lokal apa yang bisadibangundibalikpembuatan mobil-mobil nasional yang mulai digulirkan ke pasar.Namun belajar dari IPTN yang dulu dibangun dengan menggebu- gebu, kita perlu mengingatkan bangsa ini agar selalu konsistenkalaumembangunsesuatu. Membangun industri automotif, juga pesawat dan alat-alat tempur, membutuhkan strategi jangka panjang yang harus konsisten dari masa ke masa.

Bukankah hancurnya IPTN juga karena kita tidak konsisten dan mudah menghancurkannya dalam semalam? Kita cuma berharap mobil mobil itu dibangun dengan semangat industri yang serius, bukan sekadar jadi laboratorium murid SMK yang lagi praktikum.Sebab membangun industri bukan membangun pabrik. Skalanya harus diperhitungkan masak-masak.

Biasanya ketika lagi asyik, negeri penghasil tambang energi terbesar di dunia seperti Indonesia suka membuat sesuatu at all cost. Setahu saya automotif itu butuh pasar dan skala usaha yang besar.Maka produksinya tak bisa encrut-encrut, seekor seekor seperti memberanakkan kambing.Automotif perlu skala ekonomis yang besar.Sementara di televisi, Kepala SMK bilang sudah ada pesanan yang lumayan. Berapa Pak Guru? Sepuluh unit. Ini tentu jauh panggang dari api.

Membangun industri membutuhkan jaringan yang lebih besar dari sekadar membuat gedung lab dan praktik membuat mobil. Esemka perlu mengangkat jaringan dealer, lengkap dengan pasokan spare partsdan bengkel yang luas.Belum lagi lab riset yang membutuhkan alat-alat uji dan teknologi berbasiskan pengetahuan.

Entahlah kalau ini juga merupakan identitas lokal kita: bisa bikin mobil dengan cara baru,tak perlu skala ekonomis, apalagi cara berpikir industri. Omzet satu dua miliar sudah bisa hidup.Siapa tahu itu maksudnya. Artinya mereka benarbenar pembaharu industri alias the super-cracker dalam The Cracking Zone. Siapa tahu itu maksudnya begitu …. 

RHENALD KASALI

Ketua Program MM UI

Categories: Bisnis, Kewirausahaan | Tinggalkan komentar

Sembilan Poin Penting Dari Marketing Yang Efektif

Banyak iklan yang hasilnya jauh dari harapan, bahkan dapat dikatakan hanya merupakan pemborosan uang. Lihatlah disekililing anda,

maka anda akan mendapatkan banyak iklan dimana-mana. Tetapi berapa banyak yang akan membuat anda tertarik dan

memperhatikannya ? Tidak banyak bukan ? Mengapa ? Karena iklan-iklan tersebut hanya kelihatan bagus. Iklan-iklan tersebut TIDAK :

– Menarik perhatian target marketnya
– Memberikan informasi yang cukup agar mempermudah pengambilan keputusan
– Meminimalisir resiko dalam mengambil langkah selanjutnya dalam sebuah proses penjualan.

Agar menghindari kesalahan yang umum dan berbiaya mahal, Ann DeVere, senior partner dari NORconcepts, mengutarakan 9 poin

yang perlu diperhatikan. Seperti nanti dapat anda lihat, mendesain sebuah material marketing tidaklah terlalu sulit. Kuncinya adalah

bagaimana mengkomunikasikan message anda sejelas mungkin.

Poin-poin tersebut adalah :

1. RAIH PERHATIAN MEREKA
Raihlah perhatian mereka dengan membuat headline yang powerful, yang akan melibatkan emosi target market anda. Tergantung dari

produk atau jasa anda, dan juga target market anda, maka headline anda harus menjanjikan satu dari dua hal : Janjikan untuk

menyelesaikan problem mereka, atau janjikan untuk membawa mereka pada kesenangan/pleasure.

– Dokter gigi mengingatkan bahwa gigi yang berlubang dapat mengakibatkan gigi anda tanggal.
– Dokter gigi kosmetik akan memfokuskan iklan mereka pada bagaimana bagusnya senyum kita jika gigi kita rapi dan putih seperti

permata. Bagaimana hal itu akan meningkatkan percaya diri kita…

Berpikirlah tentang target market anda, apa yang ada di benak mereka ? Apakah mereka akan lebih condong untuk bertindak agar

mereka mendapatkan kesenangan ? Atau agar masalah yang mereka sedang hadapi dapat hilang ?

2. GUNCANG KEYAKINAN MEREKA TENTANG APA YANG MEREKA LAKUKAN SEKARANG !
Ok, anda telah meraih perhatian mereka. Untuk menjaga agar mereka tetap memberikan perhatian penuh pada message anda,

mereka perlu untuk bertanya-tanya :

– Apakah mereka telah mendapatkan jasa dan produk terbaik untuk uang yang telah mereka keluarkan selama ini ?
– Apakah mereka telah bertindak cukup ?
– Apakah mereka telah melakukan yang terbaik yang mereka bisa ?

3. BANGUNLAH KEYAKINAN MEREKA TERHADAP ANDA
Setelah anda mengguncangkan keyakinan mereka terhadap apa yang mereka lakukan sekarang, anda perlu menumbuhkan keyakinan

mereka terhadap anda.

– Anda harus membuktikan bahwa anda punya solusi terhadap masalah mereka.
– Anda harus meyakinkan bahwa anda memang cakap di bidang anda, dan mempunyai kualifikasi untuk memecahkan masalah

mereka.
– Perlihatkan bahwa produk anda dapat mereka andalkan untuk memberikan apa yang anda janjikan.
– Buktikan bahwa produk anda dapat memenuhi janji anda. Mulailah dengan menjelaskan :
– Bagaimana produk anda berbeda dengan kompetitor.
– Apa saja kredensial anda.
– Apakah anda punya dokumentasi tentang hasil test
– Apakah anda punya persentasi pelanggan puas yang tinggi ?
– Apakah anda punya pengakuan professional dari rekan-rekan anda di
bidang yang anda tekuni ?

4. BUAT MEREKA KAGUM KARENA PELAYANAN ANDA
Anda mungkin yang terbaik di bidang anda, atau mempunyai produk unggulan. Tetapi bila pelanggan anda tidak dapat menghubungi

anda bila mereka memerlukan, apakah anda masih mempunyai value yang tinggi ?

Berikut adalah beberapa contoh yang baik untuk anda tawarkan :
– Hotline 24 jam —- untuk menjawab pertanyaan yang umum.
– Apakah anda melayani penggilan ? (terutama bila hal itu tidak umum di industri anda )
– Apakah anda melayani pelayanan individual (one to one service) ? Jam pelayanan anda apakah nyaman bagi pelanggan ? Apakah

anda memberikan jasa jemput & antar ?

Intinya, memberikan pelayanan yang lebih daripada yang umum dilakukan, akan memberikan keuntungan yang besar bagi anda pada

akhirnya.

5. HADAPI DAN ATASI PENOLAKKAN MEREKA
Di dalam bisnis apapun anda, selalu akan ada penolakkan untuk membeli yang anda jual. Penolakkan yang paling umum biasanya

mengenai harga. Anda harus menghadapinya dengan menjelaskan mengapa wajar bagi mereka untuk membayar harga yang anda

minta. Anda harus membuat mereka nyaman, termasuk dalam masalah harga, sebelum mereka siap membeli dari anda.

6. KURANGI RESIKO PEMBELIAN DENGAN GARANSI
Kebanyakan orang mengasosiasikan jenis dan lama garansi dengan kualitas produk. Hal ini dapat menghasilkan atau menggagalkan

penjualan. Semakin lama garansi anda, semakin besar kemungkinan terjadinya penjualan. Garansi juga menunjukkan bahwa anda

adalah pebisnis yang jujur.

7. GUNAKAN TESTIMONIAL
Apa yang orang lain katakan tentang anda, mempunyai nilai yang jauh lebih tinggi daripada apa yang anda katakan tentang anda

sendiri. Pastikan testimonial tersebut berkaitan dengan masalah yang pelanggan anda hadapi dan bagaimana mereka meraih benefit

dari produk atau jasa anda. Semakin banyak testimonial yang anda dapat, semakin baik.

8. BUAT MEREKA MUDAH MENGHUBUNGI ANDA
Usahakan prospek untuk menghubungi anda, dan buatlah hal itu mudah dan aman untuk dilakukan. Salah satu cara adalah dengan

menawarkan konsultasi atau demonstrasi gratis. Tawaran ini akan memancing rasa keingintahuan prospek anda, sekaligus

mengurangi resiko bagi mereka.

9. BONUS WIN-WIN
Tawarkan special bonus atau diskon bagi mereka yang membeli saat itu juga! Pelanggan anda akan memperoleh keuntungan dengan

mendapat value yang biasanya tidak mereka dapat, sedangkan anda mendapat keuntungan dengan menghasilkan penjualan. Anda

harus fokus mengenai value yang mereka dapat untuk uang yang mereka keluarkan. Jika mereka mendapatkan value yang lebih besar

dari harga yang harus dibayar, maka anda telah memperbesar kemungkinan terjadinya penjualan.

Seperti yang anda lihat, mendesain sebuah material marketing yang efektif membutuhkan persiapan yang memadai. Jika anda

memperhatikan kesembilan poin di atas, maka anda akan mendapatkan respons yang lebih baik dan secara otomatis akan

meningkatkan penjualan anda. Seberapa tinggi respons yang anda dapat, tergantung dari seberapa baik anda mengaplikasikan

kesembilan poin di atas di dalam pesan marketing anda.

Hal lain yang penting diperhatikan, anda harus melakukan kualifikasi terhadap prospek sebelum mengeluarkan biaya marketing untuk

mereka. Pernahkah anda menerima sebuah brosur yang mahal tentang produk yang tidak anda butuhkan ? Seberapa baguspun

brosur atau material marketing yang anda terima, anda tetap tidak akan membeli dari perusahaan itu. Pertanyaannya : Mengapa

mereka tidak tahu hal itu ? Jawabannya sederhana : Mereka tidak menyediakan waktu untuk melakukan kualifikasi terhadap prospek

mereka !

Marketing yang cerdas adalah menginvestasikan uang dimana akan menghasilkan return yang terbaik.

 

sumber : saindesain.wordpress.com

Categories: Bisnis, Pemasaran | Tinggalkan komentar

Bawor

 

Bawor

Bawor

 

A. Pendahuluan Bawor adalah nama tokoh panakawan tokoh-tokoh ksatria dalam cerita yang disajikan melalui pertunjukan wayang kulit purwa gagrag Banyumas. Di dalam keluarganya, ia digambarkan sebagai anak tertua dari Kyai Lurah Semar dengan dua orang adik bernama Nala Gareng dan Petruk. Istilah panakawan yang disandang oleh Bawor—bersama Semar, Gareng dan Petruk—berasal dari kata “pana” yang berarti mengetahui dengan jelas dan “kawan” yang berarti teman atau sahabat. Panakawan diartikan sebagai seorang sahabat yang mengetahui dengan jelas tentang kelebihan dan kelemahan orang yang diikutinya. Di dalam epos Ramayana, keempat panakawan ini mengabdi kepada Ramawijaya, seorang raja dari negeri Pancawati. Pada cerita Arjuna Sasrabahu, mereka mengabdi kepada Raden Sumantri. Sedangkan pada epos Mahabharata mereka mengabdi kepada Raden Harjuna. Keempat tokoh ini digambarkan sebagai lurah yang mengabdi kepada darah ksatria yang dalam hidupnya memiliki dharma membasmi watak angkara murka dari muka bumi. Dalam pelaksanaan pemerintahan di Kabupaten Banyumas, tokoh Bawor dijadikan sebagai maskot. Bagi sebagian warga masyarakat Banyumas, dijadikannya tokoh Bawor sebagai maskot disebabkan tokoh ini dianggap sebagai tokoh wayang khas gagrag Banyumas yang merupakan penggambaran masyarakat Banyumas yang hidup dalam alur budaya tradisional-kerakyatan yang berada di luar kehidupan budaya negarigung yang berkembang di lingkungan pusat-pusat kerajaan Jawa di masa lalu. Suka atau tidak suka, tokoh memang dalam pergelaran wayang kulit purwa gagrag Banyumas sangat mewakili komunitas wong cilik di Banyumas yang merelakan dirinya bertampang jelek, rela menjadi dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan para priyayi di lingkungan kerajaan, lugu, glogok soar (mengemukakan apa saja yang diketahui tanpa menimbang efek positif/negatifnya), jujur, nrima ing pandum, cablaka (transparency). Profil tokoh Bawor yang demikian memang dapat menjadi gambaran watak khas masyarakat pedesaan di Banyumas. Sisi positif tokoh ini adalah sifat dasar yang jujur, nrima ing pandum dan cablaka. Di sisi lain terdapat sisi negatif tokoh ini yaitu merelakan diri bertampang jelek, rela menjadi dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, lugu dan glogok soar (mengemukakan apa saja yang diketahui tanpa menimbang efek positif/negatifnya). Persoalan alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan para priyayi di lingkungan kerajaan, dapat dinilai positif maupun negatif, tergantung pada konteks permasalahannya. B. Nama Nama “bawor” memiliki akar kata “wor” yang berarti “campur”. Biasanya tokoh Bawor dilengkapi menjadi “carub bawor”. Kata “carub” dan “bawor” memiliki makna yang sama, yaitu “campur”. Apabila kedua kata ini dimaknai sebagai jarwo dhosok maka dapat diartikan bercampur menjadi satu-kesatuan yang tidak terpisahkan. Makna kata “bawor” atau “carub bawor” yang demikian dalam konteks pergelaran wayang kulit purwa gagrag Banyumas menunjukkan terjadinya asimilasi budaya yang sangat kental antara berbagai gaya dalam pertumbuhan seni wayang kulit purwa di Banyumas yang meliputi gaya Surakarta, Yogyakarta (Mataraman), Kedu, Pasisiran, Sunda, Lor Gunung dan Kidul Gunung. Hal ini menunjukkan pakeliran wayang kulit purwa gagrag Banyumas merupakan perpaduan dari berbagai gaya yang kemudian dituangkan kembali dalam bentuk yang berbeda yang dijiwai oleh latar belakang budaya Banyumasan yang bersumber dari pola kehidupan masyarakat petani. Dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan, Banyumas juga merupakan lokus budaya tersendiri yang dapat dibedakan dari budaya induknya; budaya Jawa. Kebudayaan Banyumas merupakan percampuran yang sangat kental antara budaya Jawa dan Sunda yang sangat dipengaruhi oleh masuknya kebudayaan Hindu-Budha, Islam dan budaya Barat. Dalam wacana cultural encounter, berbagai kutub budaya tersebut telah saling bertemu di wilayah Banyumas yang merupakan daerah marginal survival. Oleh karena itu budaya Banyumas hadir dalam nuansa kerakyatan yang memiliki warna-warna tertentu di dalamnya seperti warna Jawa, Sunda, Hindu-Budha, Islam dan Barat. C. Tekstur Tubuh Tekstur tubuh tokoh Bawor adalah berbadan tambun, bermata besar (melotot), bermulut lebar dan berjudat nonong. Tekstur tubuh yang demikian merupakan penggambaran warga masyarakat pedesaan yang bertampang jelek, namun umumnya lugu dan jujur. Dalam dunia pakeliran wayang purwa, tekstur tubuh yang dimiliki oleh Bawor adalah untuk membedakannya dengan tokoh bendara yang digambarkan sebagai priyayi yang berpendidikan, berpengalaman, kaya dan ningrat. Dengan tekstur tubuh seperti ini maka penonton wayang dengan mudah membedakan mana tokoh bendara dan mana tokoh kawula. Dalam konteks perkembangan kebudayaan, tekstur tubuh tokoh Bawor memberikan makna bahwa seorang kawula atau batur seolah-olah memang dilahirkan dengan tampang jelek yang tidak mungkin lebih cakap dibanding dengan bendara atau tuannya. Keadaan fisik yang demikian selanjutnya akan mempengaruhi pola perilaku, sikap dan tindakan serta pola pikir dalam kehidupannya baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas sosial di lingkungannya. D. Asal-usul Asal-usul tokoh Bawor tidak jelas. Hal ini disebabkan tokoh ini merupakan tokoh rekaan yang bersifat lokalitas Banyumas. Tokoh ini dalam pakeliran wayang kulit gaya Surakarta-Yogyakarta dinamai Bagong (anak bungsu Kyai Lurah Semar), sedangkan di Sunda disebut Cepot atau Kacepot. Sama halnya dengan di Banyumas, baik di Surakarta, Yogyakarta maupun di Sunda, tokoh ini juga tidak jelas asal-usulnya. Menurut cerita gotek (dari mulut ke mulut), tokoh Bawor hadir di dunia bukan dilahirkan melainkan diciptakan. Ketika Sanghyang Ismaya turun ke dunia dengan menjelma menjadi Semar, dunia masih awang-uwung, belum ada satupun makhluk hidup di dalamnya. Oleh karena itu kemudian Sanghyang Wenang menciptakan bayangan Semar menjadi sesosok manusia dengan postur tubuh yang relatif sama. Sosok manusia itu kemudian diberi nama Bawor yang bertugas menemani Semar. Atas dasar dari kejadian itu, kemudian Bawor diakui sebagai anak tertua dari tokoh Semar. Anak kedua dan ketiga adalah Nala Gareng dan Petruk. E. Watak Watak dasar tokoh Bawor pada dasarnya adalah lugu dan jujur. Namun demikian, sebenarnya keluguan dan kejujuran Bawor disebabkan oleh–jika dibandingkan dengan kaum bendara–tingkat pengetahuannya yang rendah. Ini terbukti dalam pergelaran wayang kulit gagrag Banyumas sering digambarkan akal-akalan yang dilakukan oleh Bawor ketika tokoh ini memiliki pengetahuan tertentu yang belum dimiliki oleh sesama panakawan atau bahkan bendara-nya. Tingkat pengetahuan yang rendah ini tidak identik dengan tingkat IQ maupun EQ yang rendah. Rendahnya tingkat pengetahuan tokoh Bawor lebih diakibatkan oleh karena tokoh ini lebih mewakili wong cilik yang dalam kehidupannya tidak mendapat pengalaman pengetahuan cukup dibanding dengan para priyayi di kota-kota kerajaan. Tingkat pengetahuan yang rendah ini pula yang menyebabkan tokoh Bawor memiliki kebiasaan glogok soar dalam kehidupannya. Apa yang diketahuinya, biasanya akan dikabarkan kepada orang lain tanpa memperhitungkan untung-ruginya. Kebiasaan demikian sering kali telah menimbulkan efek yang tidak menguntungkan baik bagi dirinya maupun orang lain. Namun demikian, dengan keluguan, kesederhanaan dan kejujuran yang dimilikinya, Bawor selalu dapat dipercaya oleh saudara-saudaranya mupun para bendara-nya. F. Spirit Tokoh Bawor adalah gambaran masyarakat pedesaan di Banyumas dengan sifat dasar yang sangat dipengaruhi oleh kondisi kehidupan masyarakat yang miskin harta dan miskin informasi. Spirit Bawor adalah spirit jujur, lugu, nrima ing pandum dan cablaka. Namun demikian, spirit Bawor adalah spirit tampang jelek, dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan kehidupan kekinian, dan glogok soar. A. Pendahuluan Bawor adalah nama tokoh panakawan tokoh-tokoh ksatria dalam cerita yang disajikan melalui pertunjukan wayang kulit purwa gagrag Banyumas. Di dalam keluarganya, ia digambarkan sebagai anak tertua dari Kyai Lurah Semar dengan dua orang adik bernama Nala Gareng dan Petruk. Istilah panakawan yang disandang oleh Bawor—bersama Semar, Gareng dan Petruk—berasal dari kata “pana” yang berarti mengetahui dengan jelas dan “kawan” yang berarti teman atau sahabat. Panakawan diartikan sebagai seorang sahabat yang mengetahui dengan jelas tentang kelebihan dan kelemahan orang yang diikutinya. Di dalam epos Ramayana, keempat panakawan ini mengabdi kepada Ramawijaya, seorang raja dari negeri Pancawati. Pada cerita Arjuna Sasrabahu, mereka mengabdi kepada Raden Sumantri. Sedangkan pada epos Mahabharata mereka mengabdi kepada Raden Harjuna. Keempat tokoh ini digambarkan sebagai lurah yang mengabdi kepada darah ksatria yang dalam hidupnya memiliki dharma membasmi watak angkara murka dari muka bumi. Dalam pelaksanaan pemerintahan di Kabupaten Banyumas, tokoh Bawor dijadikan sebagai maskot. Bagi sebagian warga masyarakat Banyumas, dijadikannya tokoh Bawor sebagai maskot disebabkan tokoh ini dianggap sebagai tokoh wayang khas gagrag Banyumas yang merupakan penggambaran masyarakat Banyumas yang hidup dalam alur budaya tradisional-kerakyatan yang berada di luar kehidupan budaya negarigung yang berkembang di lingkungan pusat-pusat kerajaan Jawa di masa lalu. Suka atau tidak suka, tokoh memang dalam pergelaran wayang kulit purwa gagrag Banyumas sangat mewakili komunitas wong cilik di Banyumas yang merelakan dirinya bertampang jelek, rela menjadi dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan para priyayi di lingkungan kerajaan, lugu, glogok soar (mengemukakan apa saja yang diketahui tanpa menimbang efek positif/negatifnya), jujur, nrima ing pandum, cablaka (transparency). Profil tokoh Bawor yang demikian memang dapat menjadi gambaran watak khas masyarakat pedesaan di Banyumas. Sisi positif tokoh ini adalah sifat dasar yang jujur, nrima ing pandum dan cablaka. Di sisi lain terdapat sisi negatif tokoh ini yaitu merelakan diri bertampang jelek, rela menjadi dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, lugu dan glogok soar (mengemukakan apa saja yang diketahui tanpa menimbang efek positif/negatifnya). Persoalan alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan para priyayi di lingkungan kerajaan, dapat dinilai positif maupun negatif, tergantung pada konteks permasalahannya. B. Nama Nama “bawor” memiliki akar kata “wor” yang berarti “campur”. Biasanya tokoh Bawor dilengkapi menjadi “carub bawor”. Kata “carub” dan “bawor” memiliki makna yang sama, yaitu “campur”. Apabila kedua kata ini dimaknai sebagai jarwo dhosok maka dapat diartikan bercampur menjadi satu-kesatuan yang tidak terpisahkan. Makna kata “bawor” atau “carub bawor” yang demikian dalam konteks pergelaran wayang kulit purwa gagrag Banyumas menunjukkan terjadinya asimilasi budaya yang sangat kental antara berbagai gaya dalam pertumbuhan seni wayang kulit purwa di Banyumas yang meliputi gaya Surakarta, Yogyakarta (Mataraman), Kedu, Pasisiran, Sunda, Lor Gunung dan Kidul Gunung. Hal ini menunjukkan pakeliran wayang kulit purwa gagrag Banyumas merupakan perpaduan dari berbagai gaya yang kemudian dituangkan kembali dalam bentuk yang berbeda yang dijiwai oleh latar belakang budaya Banyumasan yang bersumber dari pola kehidupan masyarakat petani. Dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan, Banyumas juga merupakan lokus budaya tersendiri yang dapat dibedakan dari budaya induknya; budaya Jawa. Kebudayaan Banyumas merupakan percampuran yang sangat kental antara budaya Jawa dan Sunda yang sangat dipengaruhi oleh masuknya kebudayaan Hindu-Budha, Islam dan budaya Barat. Dalam wacana cultural encounter, berbagai kutub budaya tersebut telah saling bertemu di wilayah Banyumas yang merupakan daerah marginal survival. Oleh karena itu budaya Banyumas hadir dalam nuansa kerakyatan yang memiliki warna-warna tertentu di dalamnya seperti warna Jawa, Sunda, Hindu-Budha, Islam dan Barat.D. Asal-usul Asal-usul tokoh Bawor tidak jelas. Hal ini disebabkan tokoh ini merupakan tokoh rekaan yang bersifat lokalitas Banyumas. Tokoh ini dalam pakeliran wayang kulit gaya Surakarta-Yogyakarta dinamai Bagong (anak bungsu Kyai Lurah Semar), sedangkan di Sunda disebut Cepot atau Kacepot. Sama halnya dengan di Banyumas, baik di Surakarta, Yogyakarta maupun di Sunda, tokoh ini juga tidak jelas asal-usulnya. Menurut cerita gotek (dari mulut ke mulut), tokoh Bawor hadir di dunia bukan dilahirkan melainkan diciptakan. Ketika Sanghyang Ismaya turun ke dunia dengan menjelma menjadi Semar, dunia masih awang-uwung, belum ada satupun makhluk hidup di dalamnya. Oleh karena itu kemudian Sanghyang Wenang menciptakan bayangan Semar menjadi sesosok manusia dengan postur tubuh yang relatif sama. Sosok manusia itu kemudian diberi nama Bawor yang bertugas menemani Semar. Atas dasar dari kejadian itu, kemudian Bawor diakui sebagai anak tertua dari tokoh Semar. Anak kedua dan ketiga adalah Nala Gareng dan Petruk. E. Watak Watak dasar tokoh Bawor pada dasarnya adalah lugu dan jujur. Namun demikian, sebenarnya keluguan dan kejujuran Bawor disebabkan oleh–jika dibandingkan dengan kaum bendara–tingkat pengetahuannya yang rendah. Ini terbukti dalam pergelaran wayang kulit gagrag Banyumas sering digambarkan akal-akalan yang dilakukan oleh Bawor ketika tokoh ini memiliki pengetahuan tertentu yang belum dimiliki oleh sesama panakawan atau bahkan bendara-nya. Tingkat pengetahuan yang rendah ini tidak identik dengan tingkat IQ maupun EQ yang rendah. Rendahnya tingkat pengetahuan tokoh Bawor lebih diakibatkan oleh karena tokoh ini lebih mewakili wong cilik yang dalam kehidupannya tidak mendapat pengalaman pengetahuan cukup dibanding dengan para priyayi di kota-kota kerajaan. Tingkat pengetahuan yang rendah ini pula yang menyebabkan tokoh Bawor memiliki kebiasaan glogok soar dalam kehidupannya. Apa yang diketahuinya, biasanya akan dikabarkan kepada orang lain tanpa memperhitungkan untung-ruginya. Kebiasaan demikian sering kali telah menimbulkan efek yang tidak menguntungkan baik bagi dirinya maupun orang lain. Namun demikian, dengan keluguan, kesederhanaan dan kejujuran yang dimilikinya, Bawor selalu dapat dipercaya oleh saudara-saudaranya mupun para bendara-nya. F. Spirit Tokoh Bawor adalah gambaran masyarakat pedesaan di Banyumas dengan sifat dasar yang sangat dipengaruhi oleh kondisi kehidupan masyarakat yang miskin harta dan miskin informasi. Spirit Bawor adalah spirit jujur, lugu, nrima ing pandum dan cablaka. Namun demikian, spirit Bawor adalah spirit tampang jelek, dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan kehidupan kekinian, dan glogok soar. Posted by WONG BANYUMAS: at 2:37 AM C. Tekstur Tubuh Tekstur tubuh tokoh Bawor adalah berbadan tambun, bermata besar (melotot), bermulut lebar dan berjudat nonong. Tekstur tubuh yang demikian merupakan penggambaran warga masyarakat pedesaan yang bertampang jelek, namun umumnya lugu dan jujur. Dalam dunia pakeliran wayang purwa, tekstur tubuh yang dimiliki oleh Bawor adalah untuk membedakannya dengan tokoh bendara yang digambarkan sebagai priyayi yang berpendidikan, berpengalaman, kaya dan ningrat. Dengan tekstur tubuh seperti ini maka penonton wayang dengan mudah membedakan mana tokoh bendara dan mana tokoh kawula. Dalam konteks perkembangan kebudayaan, tekstur tubuh tokoh Bawor memberikan makna bahwa seorang kawula atau batur seolah-olah memang dilahirkan dengan tampang jelek yang tidak mungkin lebih cakap dibanding dengan bendara atau tuannya. Keadaan fisik yang demikian selanjutnya akan mempengaruhi pola perilaku, sikap dan tindakan serta pola pikir dalam kehidupannya baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas sosial di lingkungannya.

Categories: Sosial | Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.